
INDOKLIKNEWS, Bandung – Wakaf yang menjadi instrumen penting pembangunan sosial ekonomi di masa kejayaan Islam, kini telah mengalami kemunduran.
Padahal dulu, banyak fasilitas publik mulai dari rumah sakit, sekolah, hotel, restaurant dibangun dari wakaf. Semua fasilitas tersebut bahkan bisa dinikmati secara cuma-cuma oleh masyarakat tanpa memandang strata sosial. Dalam keterangan yang di terima indokliknews.com dari M. Adlan Sayuti humas Sinergi Foundation0. Jum’at (10/6/2022).
Di Indonesia, wakaf lebih banyak dikenal pada 3 M, Masjid, Madrasah dan Makam. Pemikiran ini yang kemudian membuat stigma wakaf hanya terbatas pada urusan keagamaan.
Sementara kesadaran atas wakaf produktif, yaitu wakaf yang digulirkan di sektor bisnis, masih dinilai rendah. Padahal dalam sejarah Islam, wakaf produktif berperan banyak dalam menaikkan kesejahteraan umat.
Faktor inilah yang menurut Ketua Lembaga Pendidikan dan Pelatihan Wakaf Indonesia (LPPWI) sekaligus Komisioner Badan Wakaf Indonesia (BWI), Prof. Dr. Nurul Huda, SE., MM., M.Si.,00 harus terus didorong di Indonesia.
Menurutnya, salah satu yang harus kita tingkatkan adalah kompetensi Nazhir (pengelola wakafnya).
Dalam event Pelatihan dan Sertifikasi Nazhir yang digelar oleh Wakafpreneur Academy (Wakafa) pada akhir Mei lalu, Prof. Nurul Huda memaparkan beberapa fakta menarik. Termasuk data bahwa nilai indeks literasi wakaf nasional pada tahun 2020 masih terbilang rendah.