indokliknews.com

Situs Media Informasi Aktual, Akurat, Terkini dan Inspiratif

Mahasiswa KKN UIN Bandung Gelar Seminar Terkait Desa Budaya dan Wisata di Pangandaran

Mahasiswa KKN UIN Bandung Gelar Seminar Terkait Desa Budaya dan Wisata di Pangandaran

Smallest Font
Largest Font

INDOKLIKNEWS.COM, - Kuliah Kerja Nyata (KKN) merupakan salah satu tugas mahasiswa yang dilakukan ketika menjelang akhir perkuliahan. Walaupun di era ini sudah banyak yang tidak menerapkan karena dinilai sudah tidak relevan, tetapi tidak sedikit pula perguruan tinggi yang masih melaksanakan program KKN ini.

Selain sebagai syarat kelulusan, KKN juga memberikan pelajaran kepada mahasiswa tentang ilmu bermasyarakat yang tidak didapatan di bangku perkuliahan.

Dalam menjalani masa KKN, mahasiswa diharuskan memberikan manfaat dan bersifat solutif terhadap problematika yang terjadi dalam masyarakat. Hal demikian merupakan keharusan karena dalam Tri Darma Perguruan Tinggi terdapat poin pengabdian kepada masyarakat. 

Poin tersebut jugalah yang merupakan sandaran atau dasar untuk menjalankan program KKN.

Pada tahun 2024 ini KKN Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Gunung Djati Bandung menyelenggarakan KKN Tematik Kerjasama Pemda Kabupaten Pangandaran. KKN Tematik Kerjasama Pemda ini dimaksudkan untuk membantu pemerintah daerah dalam menggali dan membantu mamajukan potensi masyarakat daerah. 

Pada tahun 2024  ini KKN Mitra Pemda Kabupaten Pangandaran dilaksanakan di Desa Cikalong, Kecamatan Sidamulih.

Desa Cikalong dipilih bukan tanpa alasan, desa ini sudah menyandang gelar sebagai Desa Budaya karena memang di dalamnya masih berlaku masyarakat hukum adat serta kesenian-kesenian tradisional Sunda, seperti Ronggeng Gunung dan Rengkong. 

Selain itu, tradisi babarit dan pembuatan lumbung padi masih dijalankan. Julukan desa budaya di Desa Cikalong tidak hanya sekedar ucapan saja tetapi sudah diakui secara hukum dengan adanya Surat Keputusan Desa Budaya, berdasarkan Surat Keputusan Dirjen Kebudayaan Kemendikbudristek  No. 0623/F5/KB.10-06/2024.tanggal 27 Maret 2024.

Hadirnya pengakuan nasional juga secara de facto Desa Budaya itu memang adanya, maka tidak heran akan menarik minat wisatawan mengunjungi desa ini untuk mengetahui dan merasakan kearifan lokalnya, baik budaya, tradisi dan kesenian, terlebih Kabupaten Pangandaran memiliki visi menjadi Desatinasi Wisata Internasional.

Namun demikian, permasalahan terkait sumber daya manusia kerap kali menjadi hal yang dikeluhkan oleh masyarakat. Bagaimanapun juga Desa Budaya yang tidak memiliki manajemen yang baik tidak akan menjadi desa wisata yang mendatangkan keuntungan besar bagai masyarakat desa itu sendiri.

Keadaan demikainlah yang melatarbelakangi tergagasanya seminar bertajuk “Destination Management Organization Desa Budaya dan Wisata” yang digagas oleh mahasiswa KKN bersama dengan dua orang Dosen Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung, Engkus Kustyana dan Muhammad Taufan Ashidiqie.

Konsep terkait Organisasi Manajemen Destinasi Desa Budaya dan Wisata ini telah disosialisasikan oleh kedua dosen tersebut kepada masyarakat Desa Cikalong pada tahap pertama atau perencanaann bahkan telah didesain road mapnya sepanjang 4 tahun ke  depan (2024-2028).

Kedua pemateri tersebut menjelaskan terkait potensi besar wisata Desa Cikalong yang bersumber dari budaya dan kesenian Sunda yang masih dilestarikan.

Hadirnya sebuah manajeman yang tertata rapi dalam pengelolaan wisata akan menjadikan wisata desa semakin terarah dan terkelola degan baik.

Dengan hadirnya DMO, maka pemasaran destinasi menjadi lebih luas dan sesuai sasaran serta produk lokal akan terpasarkan dengan baik.

Dr. Engkus Kustyana menerangkan bahwa Desa Cikalong kedepannya harus memiliki jargon tersendiri sebagaimana jargon pariwisata-pariwisata lainnya, seperti Wonderful Indonesia, Visit Britain di Inggris, Tourism Australia di Australia.

Dr. Engkus menyampaikan hal ini melalui rilis kepada wartawan, Selasa (27/8/2024). 

Dalam kegiatan tahun pertama ini akan diisi dengan penguatan SDM, dengan pelatihan dan advokasi DMO (bulan Juli-Desember 2024). Dalam penyamapainnya di hadapan masyarakat, yang juga dihadiri oleh Kepala Desa Cikalong dan jajarannya. Ia menerangkan lebih lanjut terkait perlu adanya struktur yang saling keterkaitan antara organisasi pemerintah, swasta dan kemitraan antara keduanya.

Kemudian dalam pandangan Taufan selaku pemeteri kedua, memaparkan bahwa dalam pembangunan wisata desa diharuskan terdapat keseimbangan antara lima poros, yakni Akademisi, Businessmen, Community, Government, dan Media yang disingkat dalam A-B-C-G-M. 

Akademisi sebagai konseptor, pembisnis sebagai mendorong modal, masyarakat sebagai penggerak langsung, pemerintah sebagai pembuat kebijakan atau regulasi serta media untuk komunikasi dan promosi.

Keseimbangan antara kelimanya diharapkan menciptakan keseimbangan ekosistem yang tidak merugikan salah satu pihak, dan tidak diharapkan terjadi lagi sengketa agrarian seperti yang telah terjadi di Pulau Komodo, di mana masyarakat menjadi korban kapitalisasi daerah wisata.

Pasca sesi tanya jawab, Ruspandi selaku Kepala Desa Cikalong memberikan tanggapan dan apresiasi terhadap kegiatan tersebut.

"Kegiatan ini sangat bagus dan kreatif yang memang sudah sepatutnya kalangan muda mahasiswa menginisiasi hadirnya konseptual desa wisata budaya di Kabupaten Pangandaran yang berpusat di Desa Cikalong. Kegiatan ini harus terus dilanjutkan tentunya untuk merealisasikan konsep-konsep yang sudah digagas pada tahap perencanaan," ujarnya.

“Tradisi tampaling menjadi icon tersendiri di Desa Cikalong, nanti kedepannya jika ada festival tampaling para wisatawan Pangandaran bisa menghadiri dan merasakan kudapan khas Cikalong berupa simeut goreng (goreng belalang)," tutur Ruspandi.***

Editors Team
Daisy Floren
Daisy Floren
Daisy Floren
REDAKSI Admin

What's Your Reaction?

  • Like
    0
    Like
  • Dislike
    0
    Dislike
  • Funny
    0
    Funny
  • Angry
    0
    Angry
  • Sad
    0
    Sad
  • Wow
    0
    Wow