indokliknews.com

Situs Media Informasi Aktual, Akurat, Terkini dan Inspiratif

DLH Kab. Bandung, Asep Kusumah: Setiap Orang Wajib Mengurangi dan Menangani Sampah

DLH Kab. Bandung, Asep Kusumah: Setiap Orang Wajib Mengurangi dan Menangani Sampah

Smallest Font
Largest Font

INDOKLIKNEWS.COM,Bandung – Pemerintah Kabupaten Bandung dan  Yayasan TIGABE (Berbagi, Berdaya dan Berkarya) bersinergi dalam pelaksanaan Hari Peduli Sampah Nasional (HPSN) di depan Masjid Miftahul Ulum Blok 9 Bumi Rancaekek Kencana Kecamatan Rancaekek Kabupaten Bandung, Selasa (5/3/2024).

Bersamaan dengan itu turut dilaksanakan edukasi pemilahan sampah, peresmian rumah edukasi maggot dan kegiatan lainnya. Rangkaian kegiatan itu dalam rangka road to Hari Jadi Kabupaten Bandung ke-383 tahun 2024 pada 20 April 2024.

Bupati Bandung Dadang Supriatna yang diwakili Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Bandung Asep Kusumah didampingi Camat Rancaekek Diar Hadi Gusdinar dan Pegiat Lingkungan Agus turut memberikan edukasi kepada masyarakat terkait mengurangi dan menangani sampah rumah tangga berwawasan lingkungan.

Asep Kusumah mengatakan bahwa Bupati Bandung diundang oleh masyarakat di Kelurahan Rancaekek Kencana, khususnya di RW 9 Rancaekek Kencana, yaitu para pegiat lingkungan dari Yayasan TIGABE.

“Ini sangat luar biasa dalam momentum HPSN. Kami hadir bagaimana Yayasan TIGABE dengan para pegiat lingkungan dan tokoh masyarakatnya menunjukkan aksi nyata peduli terhadap permasalahan sampah,” tutur Asep Kusumah.

Menurutnya, pondasinya dari kepedulian, kemampuan untuk bisa mengedukasi dan hari ini memasuki acara gebyarnya.

“Ada peresmian rumah edukasi maggot,” katanya.

Asep Kusumah mengatakan bahwa maggot ini adalah pendekatan yang cukup efektif untuk membangun sirkular ekonomi dalam rangka penanganan sampah.

“Kita lihat bagaimana alur proses. Bagaimana juga metode, bagaimana pemanfaatan, bagaimana tempat yang cukup representatif sehingga sesuai dengan harapan Pak Bupati Bandung ini bisa dikampanyekan. Kita bisa sebarkan informasinya,” tuturnya.

Harapannya, imbuh Asep Kusumah, bisa menjadi inspirasi bagi masyarakat lainnya yang sedang mencari alternatif,  yang sedang bersemangat untuk bisa menyelesaikan masalah di lingkungannya masing-masing.

“Maggot ini sejak tahun 2017 dikembangkan di Kabupaten Bandung. Sehingga sudah banyak yang mengembangkan maggot. Tentu saja, kreatifitas, gagasan, inovasi dan kemudian inspirasi kita masih sangat butuh karena berhadapan dengan prilaku dan peradaban masyarakat,” tutur Asep Kusumah.

Asep Kusumah mengatakan Yayasan TIGABE ini masih mandiri dalam pengelolaan sampah.

“Masih murni partisipasi aktif, dan tentu kita sesuai dengan arahan Pak Bupati akan berkolaborasi. Karena kita yakin, bahwa ketika sampah mampu di tangani di sumber. Sebetulnya modal yang paling besar adalah kepedulian dan merasa tanggung jawab,” tutur Asep Kusumah.

Kemudian, kata dia, hadirnya tokoh-tokoh yang mampu berbagi informasi di antaranya Agus, pegiat lingkungan yang sudah cukup banyak pengalaman untuk bisa mengedukasi masyarakat.

“Memiliki kapasitas dan pengalaman saat bertugas di Dinas Lingkungan Hidup Pemerintah Provinsi Jawa Barat. Jadi untuk pegiat lingkungan, dan orang yang peduli tidak ada pensiun. Justru semakin lebar daerah perjuangan itu,” katanya.

Ia mengungkapkan bahwa Rancaekek adalah salah satu gudangnya pegiat lingkungan.

“Banyak para pahlawan pegiat  lingkungan,” katanya. 

Ia mengungkapkan bahwa semua orang sumber masalah. Tetapi semua orang bisa menjadi sumber solusi, sehingga bagaimana pemerintah membangun strategi.

Lebih lanjut Asep Kusumah mengatakan bahwa Bupati Bandung dalam berbagai kesempatan selalu menegaskan, bicara sampah bicara peradaban, bicara peradaban bicara prilaku.

“Bicara perilaku bicara lingkungan. Bicara sampah bicara tentang kita,” katanya.

Ia mengatakan bahwa dengan jumlah pendudukan Kabupaten Bandung 3,7 juta, sehingga dalam sehari bisa menghasilkan 1500 ton sampah yang dikeluarkan dari dalam tubuh  masing-masing.

“Sampah bagian dari perilaku. Kita tidak akan pernah kehilangan sampah,” ucapnya.

Asep pun terus mengedukasi masyarakat terkait dengan persoalan sampah.

“Setiap orang wajib mengurangi dan menangani sampah rumah tangganya secara berwawasan lingkungan,” harapnya.

Asep Kusumah mengungkapkan terkait dengan HPSN itu, di semua negara diawali dengan tragedi. Sedangkan di Indonesia, yaitu diawali dengan tragedi TPA Leuwigajah pada tahun 2005 silam.

“TPS tersebut longsor  dan 150 orang lebih meninggal dunia. Berangkat dari tragedi kemanusiaan itulah, HPSN di negara kita,” katanya.

Ia berharap persoalan sampah harus diselesaikan di sumbernya.

“Siapa sumber sampah, yaitu kita. Kita bagian dari sumber solusi,” ujarnya.

Asep Kusumah menyebutkan ada dua instrumen dalam mengurangi dan menangani sampah. Sampah organik bisa ditangani dengan membuat lubang cerdas organik atau LCO, setiap rumahnya minimal membuat dua LCO. Sampah anorganik bisa dikelola melalui bank sampah. 

Ia merasa yakin jika hal itu bisa dilaksanakan dengan baik, bisa mengurangi sampah yang dibuang ke TPA. Disebutnya, sekitar 11 bank sampah yang ada di Kabupaten Bandung dan dalam sehari bisa mengelola sejumlah ton sampah. (kos)**

Editors Team
Daisy Floren
Daisy Floren
admin Author

What's Your Reaction?

  • Like
    0
    Like
  • Dislike
    0
    Dislike
  • Funny
    0
    Funny
  • Angry
    0
    Angry
  • Sad
    0
    Sad
  • Wow
    0
    Wow